cover

Image Inspires Action!

Meski telah banyak upaya, citra guru tetaplah sebagai Oemar Bakrie. Citra yang melemahkan semangat. Citra itu yang ingin diubah #UntukGuru, Kontes Desain Motif Baju Guru bagi pelajar dan mahasiswa usia 17-21 tahun.

Apa yang terbayang pertama kali ketika mendengar kata guru? Bagi banyak orang, guru kerap diasosiasikan dengan Oemar Bakrie, lagu karya Iwan Fals yang diluncurkan pada tahun 1981. Pada zamannya, citra guru Oemar Bakrie memang bermakna. Guru naik sepeda butut menggambarkan kondisi guru yang serbakekurangan, baik kesejahteraan maupun kualitas.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan maupun kualitas guru. Kampus Guru Cikal sebagai salah satu pihak yang peduli telah mengadakan pelatihan guru dan menginisiasi Komunitas Guru Belajar yang secara berkala mengadakan Temu Pendidik. Inisiatif yang dilandasi keyakinan bahwa guru pada dasarnya mau dan mampu belajar.

Sayangnya di lapangan, citra guru sebagai Oemar Bakrie sering kali melemahkan semangat banyak guru untuk mengembangkan kualitas diri. Guru acap dipersepsikan sebagai sosok yang membosankan, ketinggalan zaman, dan enggan belajar. Citra yang melemahkan semangat itu sudah waktunya diubah dengan citra yang lebih memberdayakan.

Berdasarkan pemikiran itu, Tim Kampus Guru Cikal berkeinginan untuk berkolaborasi dengan komunitas guru. Kami menemui Mel Ahyar yang menyambut gembira tawaran kolaborasi tersebut. Pada pertemuan pertama, ide yang muncul adalah lomba desain seragam guru. Tapi, Mel memberi saran untuk menemui desainer yang ahli dalam merancang seragam.

3

Kami pun menemui Era Soekamto untuk mengelaborasi ide lomba desain seragam guru. Era bercerita panjang lebar mengenai pengalamannya menjadi juri di sebuah lomba desain seragam. Kami baru tahu bahwa mendesain seragam tergolong pekerjaan yang sulit, bahkan bagi mereka yang sudah belajar desain sekalipun. Berbeda dengan mendesain baju untuk perseorangan, mendesain seragam berarti harus mempertimbangkan karakteristik semua pemakainya.

Lebih jauh lagi, Era Soekamto menekankan pada ide perubahan citra guru. Tidak bisa hanya sekadar mengubah seragam guru, tapi perlu merancang ulang simbol yang menggambarkan citra guru. Ia mengusulkan kontes desain motif yang mengundang para pelajar untuk mewujudkan imajinasinya tentang guru ideal. Usulan ini kami bawa pulang untuk dibahas lebih lanjut.

Hingga kemudian pada pertemuan ketiga yang dihadiri Mel Ahyar dan Era Soekamto yang menajamkan usulan desain motif. Kami fokus pada konsekuensi dari usulan tersebut. Apa manfaat praktis dari motif yang terpilih? Pertemuan yang dimulai sore hari pun berlanjut hingga malam. Kami bersepakat dengan sebuah mimpi besar yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan yang bermanfaat praktis.

Kabar gembiranya adalah Mel Ahyar dan Era Soekamto bersedia mendesain baju guru. Motif yang terpilih dari kontes akan diaplikasikan pada desain rancangan mereka. Untuk itu, desainer motif yang menang akan dibimbing oleh Era Soekamto dan Mel Ahyar untuk membuat variasi motif hingga aplikasi motif tersebut menjadi baju guru.

Baju guru tersebut akan dilelang pada pemerintah daerah, yayasan pendidikan, dan sekolah. Dana hasil lelang nantinya akan digunakan untuk membiayai Temu Pendidik dan Pelatihan Guru di berbagai daerah yang diadakan oleh Komunitas Guru Belajar.

Meski berawal dari perubahan citra guru, hasil akhirnya tetap berdampak pada perubahan secara subtansial: menstimulasi dan memberi kesempatan pada guru untuk meningkatkan kompetensinya. Image inspire action!

Tertarik? Kunjungi http://bit.ly/UntukGuru2016